21 September, 2010

Topic: Ajaran Sankara tentang Mayavada adalah berasal dari ajaran terselubung buddha??
Wyat Gniten @Krishna Dvaipayana and Others Bakta Ha(c)ker[Hare Krishna] ;-)~Benarkah ajaran Sankara tentang Mayavada adalah berasal dari ajaran terselubung buddha??...dan ...apakah benar Siva(menurut Padma Purana) mengajarkan demikian untuk menyesatkan orang2 untuk menjadi atheis???. Sebelumnya mari kita lihat Quote copas dr sdr. Krishna di Hindu Nusantara ini sbb:~Di dalam Padma Purana, Uttara Kanda 25.7-9, Dewa Siva berkata,~mayavadam asac chastram pracchannam bauddham ucyate...mayaiva kalpitam devi kalau brahmana-rupinabrahmanas caparam rupam nirgunam vakshyate mayasarva-svam jagato ‘py asya mohanartham kalau yugevedante tu maha-sastre mayavadam avaidikammayaiva vakshyate devi jagatam nasa-karanat~“Filsafat mayavada,” Dewa Siva memberitahu Parvati istrinya, “adalah tidak saleh [asac chastra]. Ia adalah ajaran Buddhisme yg terselubung. Wahai Parvati, pada Kali-yuga aku mengambil wujud sebagai seorang brahmana dan mengajarkan filsafat mayavada ini. Untuk menipu para ateis, aku menjelaskan Sosok Pribadi Tuhan sebagai yang tanpa wujud dan tanpa sifat. Demikian pula, dalam menjelaskan Vedanta aku menguraikan filsafat mayavada yg sama itu untuk menyimpangkan seluruh penduduk menuju ateime dengan cara menolak wujud pribadi Tuhan.”~Di dalam Siva Purana Tuhan menyampaikan kepada Dewa Siva:~dvaparadau yuge bhutva kalaya manushadishusvagamaih kalpitais tvam ca janan mad-vimukhan kuru~“Pada Kali-yuga, sesatkanlah orang umum dengan cara mengemukakan makna2 imajiner kitab2 Veda utk membingungkan mereka.”~Lebih lanjut, di dalam Padma Purana Dewa Siva menyampaikan kepada Parvati:~srinu devi pravakshyami tamasani yatha-kramamyesham sravana-matrena patityam jnaninam apiapartham sruti-vakyanam darsayal loka-garhitamkarma-svarupa-tyajyatvam atra ca pratipadyatesarva-karma-paribhramsan naishkarmyam tatra cocyateparatma-jivayor aikyam mayatra pratipadyate~“Wahai istriku, dengarkanlah penjelasanku tentang bagaimana aku menyebarkan kebodohan ini melalui filsafat mayavada. Hanya dengan mendengarkannya saja, bahkan seorang sarjana yg terpelajar akan jatuh dari pemahaman yg benar. Dalam filsafat ini, yang tentu saja tdk bertuah bagi orang umum, aku telah menyampaikan scr keliru makna sejati kitab2 Veda dan menganjurkan agar seseorang meninggalkan segala jenis kegiatan untuk mencapai keterbebasan dari karma. Dalam filsafat mayavada ini aku menjelaskan jivatma dan Paramatma sebagai yang satu dan sama.”~Atas dasar statement sdr/semeton hakers yg lalu(karena libur panjang) saya jawab di new topic tersendiri disini supaya tidak melebar kemana-mana. Jawaban saya ada di postingan berikutnya. Bagi rekan2 sesama penganut agama sanataha dharma, silakan berkontribusi knowledgenya. Bagi yg tidak silakan duduk yg manis, kalau tidak, nanti saya jepreeeet pantatnya ;-)~Point statement diatas kalau dirangkum akan menjadi kata kunci pertanyaan sbb:1.Filsafat mayavada adalah "asac chastra" artinya di luar Veda.Benarkah ???2.Siva menipu para ateis dan menjelaskan Sosok Pribadi Tuhan sebagai yang tanpa wujud dan tanpa sifat. Benarkah????3.Dalam menjelaskan Vedanta aku(Siva) menguraikan filsafat mayavada yg sama itu untuk menyimpangkan seluruh penduduk menuju ateisme dengan cara menolak wujud pribadi Tuhan. Benarkah???4.Benarkah di dalam Siva Purana, Siva mengatakan demikian????~Jawaban saya:~Point 1.Sankara menelurkan konsep Advaita Vedanta(Mayavada) berdasarkan kajian literatur atau susastra yang ada di dalam SRUTI Upanisad, Brahma Sutra dan Bhagavad Gita. BUKAN dari literatur Buddha(seperti yang di tuduhkan oleh tafsir Smrti Padma Purana). Biasanya tafsir2 yg tertulis dalam Purana(Smrti) hendaknya merujuk kepada SRUTI(Catur Veda dan Upanisad) bukan sebaliknya. Bila dirasakan tidak sesuai dengan Sruti, maka tafsir tsb adalah tidak Valid,alias Ngawur dan membingungkan umat:D.~Mayapada(Maya) dalam Upanisad dan Brahma Sutra~Sankara mengatakan bahwa Brahman adalah Nyata, Dunia ini adalah vivarta atau yg kelihatannya sebagai transformasi melalui "maya" dari nirguna brahman tetapi bukan sesungguhnya. Dan beliau menyangkal realitas Vyavaharika(kenyataan fenomenal) dari dunia ini. Bila dunia ini nyata dan bukan maya,(dipertanyakan oleh sankara),ketika Dia direalisasikan, maka dunia menjadi tidak ada lagi.~Coba lihat hal yg disampaikan oleh Chandogya upanisad 7.24.1, "Brahman Yang Tak Terbatas, dikatakan abadi dan dunia yg sebagai terbatas, dikatakan sebagai fana(maya)". Agar lebih memahami pemikiran sankara, contoh "dunia mimpi dandunia yang kita alami sementara kita terjaga". Demikian halnya Brahman dan dunia memiliki dua derajat realitas. Jadi dibenarkan bahwa dunia mimpi adalah Maya. Selain Upanisad,Brahma Sutra membenarkan hal ini, lihat pernyataan sangSutrakara(Badarayana/Vyasa) dalam Brahma Sutranya, sutra 3.2.3 berbunyi "mayamatram tu,karsnyenanabhivyaktasvarupatvat", Tetapi(dunia mimpi)hanya sekedar ilusi, karena dari sifatnya yang tak berwujud dengan keseluruhan(atribut dari keadaan terjaga).~Demikian dengan yg sering di pertanyakan oleh kaum Vaisnawa sekte Ha(c)ker :D, menolak kata-kata "Engkau adalah Dia". Mari kita tinjau dan merujuk ke Kitab Upanisad dan Brahma Sutra. "Kau adalah Dia(Brahman), wahai svetaketu" [Chandogya Upanisad 6.8.7], "Aku adalah Brahman" [Brhad-aranyaka Upanisad 1.4.10] "Tak ada kejamakan(dvaita/dualitas) pada-Nya" [Katha Upanisad 2.4.11], "Dia yang melihat kejamakan(dvaita/dualitas) pada-Nya akan pergi dari satu kematian ke kematian yang lain" [Katha Upanisad 2.4.10], Sa Va ayam atma Brahman, Atman itu sesungguhnya Brahman [Brhad-aranyaka Upanisad 4.4.6]. Demikian dalam Brahma Sutra, silakan anda lihat Sutra 1-10 sampai 30.(karena agak panjang saya tidak menulis Semua sutra tsb) mendukung hal ini.~Berbagai naskah kitab suci menyatakan bahwa Brahman memiliki semua kekuatan."Penguasa Agung adalah "Mayin"(penguasa maya) [Svetasvatara Upanisad 4.10] ~ [Chandogya Upanisad 3.14.4 dan 8.7.1]~Kemudian pertanyaan besar lagi bagi kaum Haker yang menolak Brahmavidya Tentang "Penyatuan Atman dengan Brahman", seperti semeton Ngarayana, Suryanto, dll di berbagai blog atau situs lain. Kalau tidak merujuk kepada SRUTI tentu mengalami "Avidya/Kebingungan" :D. Dengan demikian, mari kita lihat Sruti2 menjelaskan hal ini:~Seperti sungai yg mengalir lenyap dalam samudra membuang bentuk dan nama, demikianlah halnya yang mengetahui dibebaskan dari nama dan bentuk, mencapai Yang Maha Suci, lebih tinggi dari yang tertinggi [Mundaka Upanisad 3.2.8]~Seperti air dituangkan ke dalam air, susu ke dalam susu, dadih kedalam dadih menjadi satu tanpa perbedaan, demikianlah jiwaatman dan Brahman menjadi SATU [ Prasna Upanisad 4 ]~Dia menjadi SATU dengan Yang Sejati(ASAT), dia disatukan dalam sang dirinya sendiri [Chandogya Upanisad 6.8.1]~Di kembalikan ke dalam Brahman seperti mangkok tanah di kembalikan kepada inti penyebabnya, yaitu tanah liat, tiada berati apa-apa melainkan pemusnahan menyeluruh [Komentar Ramanuja dalam Brahma Sutra 1.3.21] note: Disini Ramanuja seorang penganut Vaisnawa setuju dengan Brahman adalah Tertinggi dengan konsep Advaitanya ;-)~Dalam Srimad Bhagavantam Purana juga di bicarakan tentang sayujya Mukti dll mukti. Bagi saya ini cocok kalau dirujuk dengan Kitab Sruti Upanisad. Tapi sayangnya, kok ada sloka lanjutan yg menolak ke semua mukti dengan dalih yg dipikirkan/ditujukan hanyalah Bhakti.?~Maha Rishi Tirumular mengatakan: "Sayujya adalah keadaan jagratita - yang 'Beyond Consciousness." Sayujya adalah untuk tinggal selamanya di upashanta, kedamaian yang diketahui tidak memahami Sayujya adalah menjadi Siva sendiri. Sayujya adalah untuk mengalami kekuatan tak terbatas ke dalam kebahagiaan selama-lamanya (Tirumantiram 1513) "~Sampai disini saya cukupkan contoh2 dalam Upanisad dan Brahma Sutra karena keterbatasan tempat dan waktu(pegel nulisnya :)). Saya sarankan, baca Brahma Sutra dari Svami Viresvarananda penerbit Paramita. Di sana banyak contoh2nya agar memahami lebih dalam di mana Sankara secara jitu menangkap jiwa dari karya Badarayana(Vyasa), sementara Ramanuja dan Nimbarka sangat disayangkan telah gagal meraihnya.~Demikian KESALAHAN BESAR (kemungkinan besar sisipan EGO seseorang) pada isi Padma Purana(Smrti) tersebut. Sankara adalah seorang Vedatin Besar Sejati yg selalu merujuk kepada Kitab SRUTI!!~Mayapada dalam Bhagavad Gita~Ajaran Maya secara jelas terdapat dalam sloka BG 5.15 yg berbicara,"Pengetahuan tertutupi dalam kebodohan;sehingga manusia terbingungkan. Dalam sloka 7.13-16, berbunyi "Dunia ini tidak mengenal-Ku, karena disesatkan oleh perubahan Guna. Sesungguhnya, maya illahi-Ku sulit untuk dilampaui...dirintangi dalam kemampuan nya memilah-milah(viveka) oleh Maya. Kemudian dalam Sloka 7.25 di katakan "Aku tak terwujud untuk semuanya, karena ditutupi oleh YOGAMAYA-KU. Selanjutnya dalam sloka 18.61, Yang berkuasa bersemanyam dalam hati semua mahluk, yang menyebabkan mereka berputar oleh maya-Nya.~Kemudian Diktum Veda "Dia adalah kamu" terdapat dalam sloka 6.31. Sloka 29 dan 30 menjelaskan sifat asli dari "Kamu dan Dia". Kemudian sloka 13.29-34 menjelaskan sifat sejati sang roh yg identik dengan Brahman.~Brahman memiliki 2 macam sifat, Nirguna yang merupakan sifat sejati-Nya dan saguna, yg merupakan ciptaan maya di ceritakan dalam dialog arjuna pada sloka 12.1 dan jawabannya dari Yang Kuasa pada sloka 12.2-5, dimana Dia mengakui aspek nirguna dan sekaligus mengatakan mereka menyembah aspek saguna-Nya lebih baik dalam yoga-nya, karena bhakti kepada-nya akan lebih mudah sehingga cocok untuk arjuna dan "umat manusia pada umumnya", bahkan Dia katakan pada sloka 5.6, untuk alasan yg sama Karma Yoga lebih baik dari Jnana Yoga.~Akhirnya, walaupun penekanan ditujukan pada masalah bhakti, tak satupun dalam Gita yg mengatakan bhakti lebih tinggi dari Pengetahuan(Jnana). Malah sebaliknya kita melihat dimana Pengetahuan itu sangat di puji. "Api Pengetahuan membakar semua karma menjadi abu. Tak suatupun yg lebih mensucikan selain Pengetahuan"(loka 4.37-38). Kemudian, " Sangat Kusayangi orang bijak. Aku menganggapnya sebagai Diri-Ku. (Loka 7.17-18)~Kesimpulan,Tafsiran Sankara di benarkan oleh Bhagavad Gita. Jadi anda silakan menilai isi dari Padma Purana tersebut ;-)~Point 2 dan 3Kalau di lihat dari uraian point satu, jelas-jelas ramalan Padma Purana hanyalah utak atik gatuk gak ada juntrungannya tentang sankara. Ini hanyalah kerjaan orang sirik yg tidak mampu mengalahkan debat Brahmavidya dengan sankara dengan membawa2 dia adalah reinkarnasi Siva.~Tentang konsep Tuhan berpribadi(Bhagavate) bukan milik Vaisnawa dan khusunya sekte ha(c)kers saja, Sivapun demikian. Hanya beda sastra, Hakers berasal dari SB PURANA (OM Namo Bhagavate Vasudevaya), sedangkan Siva berasal dari SRUTI Taittariya samhita,Yajurveda(4.5-4.7) ada stotra Rudraprasna di mulai dengan "OM NAMO BHAGAVATE RUDRAYA". Jadi statement di dalam PadmaPurana hanyalah kayalan orang2 yg kalah debat dengan sankara. Ngak masuk akal Siva mengajarkan umatnya menjadi atheis. Secara Literatur ke-2nya baik Siva dan Visnu(include Kreshna) adalah sama. Dalam perjalanan sejarah sinkretisme Siva Buddha dan Wisnu di Indonesia membuktikan lahirnya orang-orang suci seperti Dahyang Nirarta, Empu Kuturan, Markandya...dsb. Beruntung, Vaisnawa sekte Haker lahir di tahun 1485-1533 oleh Caitanya, tentu akan menjadi perubahan peta Hindu di Nusantara. Orang Hindu di Indonesia pasti menyembah Kreshna sebagai Tuhan yg tertinggi bukan Wisnu, kemudian tidak ada sanggah pemrajan pemujaan leluhur( Oh ya sanggah anda sudah dirubuhkan??? :D). Kemudian Siva di beberapa kitab Haker diterjemahkan sebagai Demigods di tempel di mading secara besar-besar. Bahkan di beberapa kitabnya di terjemahkan sebagai DEMON seperti dalam Purana ini:~Garuda Purana, Brahma kanda, 16th adhyAya:~maNimAnnAma daityastu shaN^karAkhyo bhaviShyati sarveShAM saN^karaM yastu kariShyati na saMshayaH tena shaN^karanAmA.asau bhaviShyati khageshvara dharmAn.h bhAgavatAn.h sarvAn.h vinashyati sarvathA ~A Demon by name "maNimAn" will come into being as Shankara, who will,no doubt, pollute everything. This is why, O King of birds (Garuda), hisname will be Shankara; he will pollute and destroy all BhAgavata Dharmas~Hal yg sama nampaknya dalam Siva Purana pada pertanyaan point 4. Benarkan isi kebenaran purana tersebut ada tercantum dalam Siva Purana??? Ada di Kanda, adhyaya berapa???. Mohon infonya yang jelas, supaya tidak lagi upaya2 penistaan seperti dalam Padma Purana dan Garuda Purana. Saya tunggu jawabannya sdr Kreshna sampai kiamat :D~Kembali ke laptop point 2 dan 3, Lalu apakah Brahman yg di dalam Kitab Upanisad tidak bersifat pribadi(Personal god)?. Sankara membagi dua Brahman, Yang Mutlak,nirguna(tanpa atribut/Advaita) dan Saguna(beratribut/Dvaita). Brahman Saguna atau Personal God adalah Iswara, yang membuat penampakan dunia. Jadi isi ramalan Padma Purana tersebut tidak benar!!.~Last Statement dari saya:Hampir semua ajaran dalam Kitab Upanisad di mulai dengan ajaran Dvaita(dualitas) atau upasana dan berakhir dengan perkembangan agung dari Advaita "Dimana seseorang tidak melihat apapun, tidak mendengar apapun, tidak mengetahui apapun, "Itulah Yang Tak Terbatas". Dimana orang melihat segala sesuatu, mendengar segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu "itulah yang terbatas". Yang Tak terbatas adalah "Kekal", Yang tidak terbatas adalah "Tidak Kekal" [Taitiriya Upanisad 7.24.1] Demikian ajaran Varuna kepada Bhrgu(Dalam Chandogya Upanisad ada perintah Prajapati kepada Indra), dimaksudkan untuk para "sadhaka" secara bertahap dibawa kepada kebenaran yang semakin tertinggi. Melalui dualitas(Dvaita; Tuhan Personal) dia dituntun kearah non-dualitas(Advaita; Tuhan Non-Personal) sebagai tujuan atau kebenaran akhir. Dualitas tidak lagi dipuji disemua tempat dalam kitab suci dan tidak ada manfaat darinya. Di pihak lain(dalam kitab suci) hal ini di kecam [lihat Katha Upanisad 2.4.10-11; Brhad-aranyaka Upanisad 4.4.9; Maitrayani Upanisad 4.2 dan 6.3] yg menunjukkan bahwa kitab suci sebenarnya tidak bermaksud untuk mengusulkandualitas(Dvaita) sebagai fakta. Tetapi Advaita(non-dualitas) dipuji dan keabadian dapat diperoleh melalui pengetahuan tentang kesatuan.~Akhir kata, Puncak pembicaraan Brahman dalam Kitab Upanisad di jelaskan yg Advaita(Nirguna) tersebut dengan ungkapan Neti ..Neti..Bukan ini, bukan itu [Brhad-aranyaka Upanisad 2.3.6]. Bukan hal yg "KOSONG" yg sering para bhakta Haker tanyakan dan sambil mengejek Kitab Sruti Upanisad tsb :D~Silakan Jawaban saya ini di debat lagi.on Friday · Report

Krishna Dvaipayana Salam hormat, Mister Wyat. Terimakasih sdh bersedia berdiskusi dan meluangkan waktu (yg pasti cukup banyak) untuk menulis semua ini. Mudah2an diskusi ini berjalan dengan sopan dan beradab, dan akan memberi manfaat untuk pembelajaran bersama.Saya akan berusaha merespon semampu saya, sesuai dengan waktu yg tersedia utk saya. Jadi mohon maaf kalau terpotong-potong nantinya respon saya. :-)on Friday · Report

Krishna Dvaipayana Anda menulis: Point 1.Sankara menelurkan konsep Advaita Vedanta(Mayavada) berdasarkan kajian literatur atau susastra yang ada di dalam SRUTI Upanisad, Brahma Sutra dan Bhagavad Gita. BUKAN dari literatur Buddha(seperti yang di tuduhkan oleh tafsir Smrti Padma Purana). Biasanya tafsir2 yg tertulis dalam Purana(Smrti) hendaknya merujuk kepada SRUTI(Catur Veda dan Upanisad) bukan sebaliknya. Bila dirasakan tidak sesuai dengan Sruti, maka tafsir tsb adalah tidak Valid,alias Ngawur dan membingungkan umat.Sebelumnya, saya belum mengerti dengan yg Anda maksud dengan "tafsir Smrti Padma Purana' dan 'tafsir2 yg tertulis dalam Purana(Smrti)'. Kalau tdk salah yg saya tangkap di sini bhw menurut anda Purana itu adalah tafsir. Tafsir bgmn itu, Mister? Bukannya Purana itu adalah secara langsung bagian dari literatur Veda itu?Mohon ini dulu dijawab ya, supaya tercapainya persamaan persepsi dulu tentang hal2 pokok yg akan menjadi landasan berpikir kita bersama. :-)on Friday · Report

Krishna Dvaipayana Oya, ada beberapa DISCLAIMER juga dari saya:1. Saya berbicara atas nama pribadi, tdk mewakili siapa pun atau kelompok mana pun, seperti halnya Anda, selain mewakili diri kita sendiri saja.2. Pemahaman saya dan pernyataan saya bisa Anda ketahui hanya dari tulisan2 respon saya, bukan dari yg lain. Supaya jangan dicampuradukkan dgn siapa pun yg lain dan supaya saya tdk dituduh menyatakan begini-begitu yg mungkin Anda pernah dengar dari siapa pun. Jadi, bgmn saya, hny bisa diketahui dr apa yg saya tulis dan kemudian klarifikasi2 lanjutan dr saya.Bisa diterima kan, Mister? :-)on Friday · Report

Wyat Gniten Oke Mbah di rojerrrrr, silakan di komentarion Friday · Report

Wyat Gniten Soal Tafsir yg anda pertanyakan, itu memang dari pemikiran saya. Ini terinspirasi dari klaim Haker soal Bhagavad Gita menurut as it is, berarti ada Bhagavad Gita Not as it is. Setuju!! ;-)Bahkan lebih ekstrimnya, kalau melihat dari perbedaan jauh dari kajian menurut Kitab Sruti sebagai rujukan.... saya mengganggap itu "sisipan" dari penguasa. Itu sudah saya katakan diatas... boleh dong saya berpikir demikian...ngak dosa kan??? ;-)on Friday · Report

Wyat Gniten Soal DISCLAIMER anda saya bisa terima ... dan akhirnya Siapapun itu, ndak masalah.Tapi, saya bisa membaca isi pikiran yg tertuang setiap postingan anda di HN itu mengarah kemana, itu juga suatu pertimbangan di awal di postingan ini. Atas klarifikasi anda, sudah tentu saya tidak mengatakan anda seorang Haker di postingan selanjutnya.So ...mari lanjutkan diskusinya. Beri saya masukan dan tentunya pencerahan ;-)on Friday · Report

Krishna Dvaipayana Soal isi pikiran dan arahnya ke mana, tentu bisa menjadi searah dengan sejumlah org atau kelompok, karena kesamaan2 tertentu yg tak terhindarkan. Namun saya harus menyatakan bahwa saya enggan dicap sbg org yg PASTI maksudnya begini-begitu, padahal belum tentu. Contoh yg langsung terlintas: Mas Damar Sasangka menuduh saya mencaci-maki Sankaracarya! :-(Dgn mengetahui kaliber Sripad Sankaracarya, siapa beliau, dan beberapa ajaran tertentu yg beliau sampaikan, tdk pernah terlintas di benak saya utk memandang remeh sekalipun, apalagi mencaci-maki. Siapa saya yg sampai bisa menghadapkan diri di dpn pribadi spt beliau.Kembali ke soal tafsir, Mister malah menyinggung ke hal lain lagi, soal AS IT IS. Mau tdk mau ya itu harus saya komentari dulu. Sejauh yg saya pahami begini. Bhaktivedanta Swami Prabhupada menyebut AS IT IS itu dgn semangat bhw Bhagavad-gita itu sabda Krishna kpd Arjuna, yg akhirnya membuat Arjuna berserah diri spenuhnya utk berbuat atas kehendak Krishna. Sabda Krishna, bukan siapa pun yg lain. Boleh dikatakan, Bhagavad-gita itu properti Krishna, milik Krishna, copyright Krishna, hak Krishna. Jadi, ulasan Bhagavad-gita yg mengarahkan pembaca utk mengambil kesimpulan yg sama dengan Arjuna adalah ulasan (tafsir) yg AS IT IS. Jujur saya katakan bhw scr pribadi saya selalu tdk nyaman dgn termahan AS IT IS itu menjadi MENURUT ASLINYA. Saya pernah mengajukan usul: SEBAGAIMANA ADANYA.Segitu dulu ya, Mister Wyat yg budiman. Kita tdk terburu-buru kan? Kita nikmati saja diskusi ini utk ajang bertukar pikiran. Dan tdk perlu terburu-buru utk menyelesaikannya, mencari kesimpulan, apalagi mencari 'pemenang'.Saya berharap SETIAP POIN, sekecil apa pun itu, bisa kita diskusikan sampai tuntas dengan pola diskusi yg matang, sopan, beradab.on Saturday · Report

Krishna Dvaipayana Kembali ke point 1 Anda, Anda menulis: Sankara menelurkan konsep Advaita Vedanta(Mayavada) berdasarkan kajian literatur atau susastra yang ada di dalam SRUTI Upanisad, Brahma Sutra dan Bhagavad Gita. BUKAN dari literatur Buddha(seperti yang di tuduhkan oleh tafsir Smrti Padma Purana).Menurut permahaman saya, kutipan ayat dari Padma Purana itu memang tdk ada menyebutkan bahwa konsep Mayavada itu BERASAL dari literatur Buddha. Yg disebutkan Padma Purana adalah bahwa konsep Mayavada yg dikemukakan oleh Adi Sankaracarya ADALAH Buddhisme terselubung. Jadi bukan BERASAL DARI. Maksudnya, kembali menurut pemahaman saya, adalah bahwa konsep Mayavada ini TDK BERBEDA dengan Buddhisme, yakni agar umat manusia beralih dari kegiatan2 karma-kanda yg bertujuan utk mencapai pahala2 surgawi dll dgn cara2 berbagai korban suci, yg kenyataannya pada zaman sebelumnya itu telah disimpangkan dan diekspolitasi.Jadi, dlm makna seperti inilah Padma Purana menyatakan bahwa ajaran yg akan disampaikan oleh sang brahmana (Adi Sankaracarya) tdk lain sebenarnya masih sejalan dgn Buddhisme, namun dalam keadaan terselubung.Mengenai Buddhisme ini sendiri mungkin kita perlu samakan persepsi jika memang hal itu memungkinkan. Buddhisme yg saya pahami adalah misi kemunculan Avatara Buddha utk menghentikan praktik penyimpangan korban suci binatang yg merajalela pada zaman itu.Jadi, pemahaman saya sama sekali tdk ada mengarah bahwa, seperti judul diskusi ini, "Ajaran Sankara tentang Mayavada adalah berasal dari ajaran terselubung buddha". Ajaran Mayavada itu ADALAH MASIH ajaran Buddha, dlm keadaan terselubung. Dan yg dimaksud ajaran Buddha di sini spesifik adalah misi utk menghentikan penyembelihan binatang yg merajalela.on Saturday · Report

Krishna Dvaipayana Kemudian, Anda benar ketika Anda menulis bahwa Sankara menelurkan konsep Advaita Vedanta(Mayavada) berdasarkan kajian literatur atau susastra yang ada di dalam SRUTI Upanisad, Brahma Sutra dan Bhagavad Gita. Saya setuju.Para Vaishnava mengulas bahwa kemunculan Dewa Siva sebagai Adi Sankaracarya memiliki tujuan spesifik yg kedua, selain yg pertama yakni utk menyampaikan ajaran Mayavada. Tujuan kedua tersebut adalah utk menegakkan kembali kedudukan Veda sebagai sumber pengetahuan yg absah. Ini perlu dilakukan sebab pada zaman sebelumnya, Sang Buddha telah jelas2 menolak otoritas Veda, demi mengalihkan manusia dari jalan eksploitasi tdhp korban2 suci Veda. Utk mengembalikan kedudukan Veda, Adi Sankaracarya mengangkat kembali teologi2 Veda khususnya Vedanta sutra dengan sangat perkasa sekali, dgn sangat brilian, yg membuat kedudukan Veda tegak bersinar kembali, tanpa harus menyentuh kembali isu korban2 suci Veda, (yg telah ditolak oleh Sang Buddha).on Saturday · Report

Krishna Dvaipayana Dan memang, Adi Sankaracarya sukses 'menggusur' ajaran Buddha keluar dari India, sebagaimana sejarah menggambarkan, dan ajaran Veda tegak kembali di Bharatavarsa. Jadi, berdasarkan permahaman saya, tdk akan ada wacana bahwa ajaran Adi Sankaracarya adalah diluar Veda. Malah, ajaran tersebut dimaksudkan utk menegakkan kembali segala ajaran Veda yg sebelumnya telah ditolak. Kata 'asac chastram' dlm Padma Purana yg saya kutip jelas saya terjemahkan menjadi 'tdk saleh', sama sekali tdk ada mengarah kpd 'di luar Veda'. Silakan Anda cek kembali."Tdk saleh" inilah yg mungkin harus kita cermati lbh lanjut. Dan ini juga yg menjadi poin krusial tentang kedudukan ajaran Mayavada tersebut. Menurut pemahaman saya, yg dimaksud ajaran Mayavada oleh para Vaishnava itu sangat spesifik, yaitu ajaran yg pada puncaknya menyimpulkan bahwa Maya, atau ilusi, berada melampaui Brahman, sebab Brahman dijelaskan bisa diliputi oleh ilusi (Maya) tersebut. Dimana setelah pembungkus ilusi ini disingkirkan, para jiwa akan kembali menjadi Brahman. Jadi, sebutan Mayavada itu spesifik ke arah yg seperti ini.Mengenai ajaran2 lain atau konsep2 lain yg dikemukakan Adi Sankaracarya, hampir seluruhnya berlandaskan atas Veda sepenuhnya. Hanya saja, semua itu diberikan tafsir yg bernafaskan konsep Mayavada seperti yg saya jelaskan di atas.Hal ini terungkap dlm diskusi antara Sri Caitanya dan Sarvabhauma Bhattacarya. Sarvabhauma Bhattacarya adalah pengikut Sankaracarya. Sri Caitanya menjelaskan bahwa segala penjelasan Sankaracarya atas Vedanta adalah penjelasan yg bersifat tdk langsung. Ini topik pembahasan yg lain lagi yg kemungkinan tdk memungkinkan utk kita bahas di sini.Inilah yg saya pahami sebagai 'asac chastram' atau 'tidak saleh' yg disebutkan oleh Padma Purana tsb, yakni bahwa ajaran ini (Mayavada) ujung2nya akan menolak personalitas Tuhan, yg menciptakan rintangan bagi tercapainya prema-dhana, atau harta kekayaan cinta kasih rohani yg suci-murni kepada Tuhan, yg menjadi hak intrinsik semua jiwa. Karena itu disebut 'tdk saleh'. Atau 'tdk mujur', 'tdk bertuah', dll.Sebab, apa yg dikemukakan oleh Adi Sankaracarya ini dapat dikatakan sesuatu yg baru jika menilik pada sejarah pemahaman atas Veda sebelum kemunculan beliau, dimana konsep personalitas Tuhan sangat tegak diakui, yg terbukti pada kentalnya pemujaan Arca pada zaman2 sebelumnya, yg tdk mungkin berlandaskan pada konsep Mayavada ini.Jadi, ada kerangka runtutan sejarah yg mesti kita pertimbangkan juga utk mendapatkan perspektif yg lebih menyeluruh.Kemudian, setelah era Adi Sankaracarya ini (788 - 821), telah banyak bermunculan tokoh2 besar yg terus memurnikan ajaran Veda utk kembali ke asalnya spt saat sebelum kemunculan Sankaracarya. Beberapa di antaranya seperti ajaran Visisthadvaita oleh Ramanujacarya (1017–1137), Dvaita Advaita oleh Nimbarkacarya (1130-1200), Suddha Dvaita oleh Madhvacarya (1238–1317), dan Acintya Beda Abeda oleh Sri Caitanya (1486-1934).on Saturday · Report

Wyat Gniten Sesungguhnya, Bhagavad Gita itu bukan milik satu sekte saja, tetapi semua sekte. Hanya karena gara-gara dalam Mahabharata khususnya Bhisma Parwa, Khresna berperan (ber-lila) sebagai Yang maha Kuasa berdialog ajaran Rohani dengan Arjuna, yg kita tahu lahirlah Bhagavad Gita di dalam Parwa ini, maka hal ini di kavling oleh kaum Vaisnawa Khususnya Hare Kresna dengan bahasa As It Is. Dan dampaknya ada klaim karena Kreshna di ceritakan sebagai Tuhan yg banyak disembah oleh berbagai oknum lain seperti Indra, Brahma, bahkan Siva...dll. Lalu bagaimana dengan Parwa Lain seperti Anushasasana Parwa yang menceritakan Kreshna menyembah Siva selama beribu-ribu tahun??? Anda pasti ingatkan dengan diskusi kita di beberapa waktu lalu? ;-)Nah, Mahabharata adalah milik semua sekte termaksud Bhagavad Gita yg ada di dalamnya. Semua bebas memberikan tafsir , jangan di sekat2 dengan As it is, sementara kesannya sekte yg lain dianggap Non As it is, palsu dan menyesatkan seperti dalam pembukaan BG As It is yg mengatakan "Mayapada bhasya" (silakan check). Mengenai usul anda saya setuju, ada baiknya di sosialisasikan :Don Monday · Report

Krishna Dvaipayana Tentu Bhagavad-gita dimaksudkan untuk semua orang, demikian pula semua sastra Veda, dimaksudkan bagi seluruh umat manusia. Tapi bgmnpun cara kita membahasakannya, Bhagavad-gita tetaplah sabda Krishna, bukan siapa pun yg lain. Jadi bahkan semakin menguatkan bhw Krishna adlh utk semua orang. Bukannya begitu semestinya kesimpulan logisnya ya? ;-)Atau, adakah kesimpulan lain dari Bhagavad-gita itu? Mungkin Anda bisa memberi gambaran. Jika demikian adanya, yakni ada kesimpulan yg lain lagi, maka saya setuju dgn yg Anda katakan bahwa segala jenis tafsir thdp Bhagavad-gita, sekalipun tafsiran itu tidak mengarah pada kesimpulan spt kesimpulan Arjuna, boleh tdk disebut Non As It Is. Namun jika tdk ada kesimpulan lain dari Bhagavad-gita itu, maka tdk bisa dihindari bahwa tafsir2 yg spt itu harus disebut TIDAK SEBAGAIMANA ADANYA. Saya kira saya tdk perlu mengulangi lg apa yg sdh sy tulis sblmnya tt kesimpulan Arjuna sang pendengar Bhagavad-gita. Dan siapa pun yg mengambil langkah selaras dgn Arjuna stlh membaca sabda2 Krishna kpd Arjuna, maka dia berhak dikatakan telah AS IT IS/SEBAGAIMANA ADANYA, dlm memahami Bhagavad-gita.Mengenai Krishna menyembah Siva, bukannya saya jg sdh meresponnya dlm diskusi kita beberapa waktu yg lalu itu ya? Silakan diingat-ingat bgmn respon saya. Tdk ada yg menampik kenyataan tersebut. Di Vrndavana, sampai skrg pun msh bnyk sekali kuil2 purba pemujaan kpd Siva. Gopesvara Siva dipuja oleh para Vaisnava dlm level tertinggi. Dan sebagai tambahan pribadi dari saya, biarlah Krishna memuja Siva selama beribu-ribu tahun, namun rasa cinta para pecinta Krishna akan tetap tak terbendung kepada Krishna. Tentu tdk ada yg salah juga dgn hal ini kan, Mister? :-)Jika kemudian ada pihak2 yg menjadikan Siva sbg Ista Devata nya karena adanya keterangan2 yg seperti ini, maka tdk ada masalah sama sekali dgn hal itu. Saya harap Mister ingat, bhw saya tdk pernah mempermasalahkan jika ada yg menerima pribadi2 yg lain sbg yg tertinggi. Sbg contoh, saya tentu memandang istri saya sbg yg paling segalanya. Demikian pula Anda, bukan? Dan itu adalah hak kita. ;-)Mungkin yg harus saya tekankan adalah bahwa saya tdk pernah mempermasalahkan dan tidak akan pernah memiliki niat utk mempermasalahkan jika ada yg menerima pribadi2 yg lain sbg yg tertinggi. Jika ada kata2 saya yg mengarah ke sana, mohon ditunjukkan. Maka saya akan langsung mengklarifikasinya.on Monday · Report

Adi Sayoga diskusi yang bagus. saya menyimaknya.20 hours ago · Delete Post

Nyoman Bayu Wardana Tanya, banyak bgt versi bhagawad gita, tapi hanya 1 yang melabeli "MENURUT ASLINYA" / AS IT IS..yang dari Waisnawa lain gk juga kyk gini og.. aneh ya..19 hours ago · Report

Krishna Dvaipayana @Nyoman: Mohon baca kembali wacana tentang AS IT IS di atas dengan cermat. Vaisnava lain tdk kayak gini? Ya tentu tidak boleh ikut donk, kan ada hak ciptanya. :-D Memang, mungkin tdk ada yg berani setegas itu memberi judul ulasan mereka thdp Bhagavad-gita. Namun jika Anda baca dengan cermat alasan2nya, maka itu wajar. Ada banyak sekali org yg memakai sabda2 Krishna utk kepentingan masing2. Maka harus ada setidaknya satu yg berani tegas.18 hours ago · Report

Nyoman Bayu Wardana halo mas, Krishna..udahlah, mengapa trus memperdebatkan ajaran filosofi orang lain..jika sudah terbukti bahwa anda meyakini ajaran brahma gaudia ya silahkan, mau kompare sm sekte lain anda gk mungkin menang..paling hasilnya remis (jika main catur)..sudahlah, saya jg pernah dikatain MAYAVADI. ya terserah lah., itu pandangan oknum anda..15 hours ago · Report

Nyoman Bayu Wardana Be Happy With Making The Others Happy..aq SE7But I Am Not Sure Be Happy With Chant Those Mantras ( Mahamantra :red )Piss.. jngn marah bro, nek marah brati..... ^_^15 hours ago · Report

Nyoman Bayu Wardana Mayavadi atau Enggak, yang penting kelakuannya bro.. 15 hours ago · Report

Krishna Dvaipayana @Nyoman: Kalau Anda tdk suka, tdk mampu, tdk berminat, (atau apa pun) utk berdiskusi, ya tdk usah saja ikut. Tdk ada juga yg mengharapkan komentar Anda. Anda sebaiknya baca pernyataan Mister Wyat paling atas: bagi rekan2 sesama penganut agama sanataha dharma, silakan berkontribusi knowledgenya. Bagi yg tidak silakan duduk yg manis, kalau tidak, nanti saya jepreeeet pantatnya ;-)Sebagaimana yg pernah saya sampaikan kpd Anda, sebaiknya Anda tdk terlalu yakin dulu dgn segala versi yg Anda terima dari 'org dekat' Anda. Kompetensinya tentu masih bisa sgt dipertanyakan. Praktisi sejak berapa lama kah dia? Tdk kah status hubungan Anda akan menimbulkan bias penilaian Anda thdp dia dan segala yg dia sampaikan?Anda kerjakan saja PR dari saya buat Anda ini. Kalau ada substansi yg bisa Anda kontribusikan dalam diskusi ini, silakan nimbrung lagi di sini.Deal? :-)14 hours ago · Report

Wyat Gniten Hal-hal yg lain kita sudah setujui dan dulu juga sudah kita diskusikan. Soal Ista Devata memang itu urusan keyakinan, terserah pilihan masing-masing. Soal mana yg lebih tinggi, Vyasa sudah memberikan sastranya masing-masing, tinggal pilihan umatnya mana yg mau dipakai. Cuma yg menjadi masalah adalah pengkavlingan kebenaran, Pengkavlingnya begini, contoh seperti Matahari, orang India menyebutnya SURYA, Orang Lain menyebutnya SUN, ..dll. Tetapi bagi orang India seraya menyudutkan dengan menyebut bahwa mereka yg menyebutkan SUN adalah Mayavadi Bhasya, mereka tidak memahami benar tentang SURYA. Yang benar adalah seperti penjelasan As it is. Pertanyaannya, kenapa Orang2 India berkata demikian? Apakah mereka sudah mempelajarinya keyakinannya?. Kan harusnya begitu?. Lagi pula buat apa ada model pengkavlingan kebenaran seperti itu??? Matahari bisa di berikan tafsir dari berbagai sudut pandang orang yg melihatnya dan memberikan apapun julukannya, asal jangan ada perendahan. Itu bukan kebenaran. Ini menurut saya. CMIIW12 hours ago · Report

Wyat Gniten Kembali ke topik jawaban anda.Kutipan anda:Menurut permahaman saya, kutipan ayat dari Padma Purana itu memang tdk ada menyebutkan bahwa konsep Mayavada itu BERASAL dari literatur Buddha. Yg disebutkan Padma Purana adalah bahwa konsep Mayavada yg dikemukakan oleh Adi Sankaracarya ADALAH Buddhisme terselubung. Jadi bukan BERASAL DARI. Maksudnya, kembali menurut pemahaman saya, adalah bahwa konsep Mayavada ini TDK BERBEDA dengan Buddhisme, yakni agar umat manusia beralih dari kegiatan2 karma-kanda yg bertujuan utk mencapai pahala2 surgawi dll dgn cara2 berbagai korban suci, yg kenyataannya pada zaman sebelumnya itu telah disimpangkan dan diekspolitasi.Saya bertanya:Memang benar tidak tertulis "Literatur" tetapi yg benar adalah "Ajaran"(sesuai bunyi dr sloka tsb). Bukankah Ajaran itu identik dengan Literatur?. Kalau tidak ada literatur, mungkin tidak ada ajaran yg tertuang di literatur tsb? Setuju?!!. Oleh sebab itu saya mempertanyakan "Buddhisme terselubung" apakah artinya mengandung suatu ajaran Buddhis yg di susupkan dalam ajaran Sankara, kira-kira demikian kah?. Kalau memang dari Literatur atau ajaran Buddha, benarkah mengajarkan konsep Mayavadi tersebut?? Seperti apakah ajaran Mayavadi dalam ajaran Buddha?? Bisa di share disini!!Kemudian yg krusial saya garis bawahi dengan tanda kutip dr tulisan anda sbb: "Maksudnya, kembali menurut pemahaman saya, adalah bahwa konsep Mayavada ini TDK BERBEDA dengan Buddhisme, yakni agar umat manusia beralih dari kegiatan2 karma-kanda yg bertujuan utk mencapai pahala2 surgawi dll dgn cara2 berbagai korban suci, yg kenyataannya pada zaman sebelumnya itu telah disimpangkan dan diekspolitasi."Benarkah Sankara berbuat demikian? ... buktikan ajaran sankara berbuat demikian yg anda katakan TDK BERBEDA??!!. Anda bisa menjawab sekaligus menggabungkan hal ini pada paragraf pertama pertanyaan, saya tunggu!Kutipan Anda:Jadi, dlm makna seperti inilah Padma Purana menyatakan bahwa ajaran yg akan disampaikan oleh sang brahmana (Adi Sankaracarya) tdk lain sebenarnya masih sejalan dgn Buddhisme, namun dalam keadaan terselubung.Mengenai Buddhisme ini sendiri mungkin kita perlu samakan persepsi jika memang hal itu memungkinkan. Buddhisme yg saya pahami adalah misi kemunculan Avatara Buddha utk menghentikan praktik penyimpangan korban suci binatang yg merajalela pada zaman itu.Jadi, pemahaman saya sama sekali tdk ada mengarah bahwa, seperti judul diskusi ini, "Ajaran Sankara tentang Mayavada adalah berasal dari ajaran terselubung buddha". Ajaran Mayavada itu ADALAH MASIH ajaran Buddha, dlm keadaan terselubung. Dan yg dimaksud ajaran Buddha di sini spesifik adalah misi utk menghentikan penyembelihan binatang yg merajalela.Saya Bertanya:Praktek penyimpangan korban suci binatang yg merajalela pada zaman itu.?? Ada bukti2 lain pendukung(cross check) untuk membenarkan bunyi sloka Padma Purana tersebut, misalnya catatan-catatan dr kerajaan dahulu, monument atau apalah???Apakah anda sudah mempelajari kehidupan Buddha dari dia masih muda sampai mencapai arahat dan Nibbana??? Dari kehidupan atau kronologi Hidup Buddha karya Bhikku Kusaladhamma tidak ada tuh di ceritakan misi beliau yg spesifik spt itu. Oleh karena itu, paling tidak dari catatan Literatur Buddhis ada hal ini di ceritakan untuk menguatkan sloka Padma Purana tsb.12 hours ago · Report

2 komentar:

  1. SURYA SRANAJAYA: Begini,Saya rasa Sri Krsna,Deva Siva,Deva Brahma, Tak Mengharapkan Perdebatan Hanya Karena Hal Ini, Yang Harus Kita Lakukan Adalah Memenuhi Tugas Dan Kewajiban Kita Yaitu Memuaskan Yang Maha Kuasa Itu Sendiri,Tak Peduli Apapun Kita Hanya HambaNya,Sri Krsna Berkata Ia Tak Dapat Dimengerti Melalui angan-angan Belaka,Mungkin Begitu juga ajaran dari aliran lain,yang terpenting adalah tujuannya mengarah pada satu titik yaitu TUHAN.jika kita memperdebatkan hal ini, bukankah kita sama dengan menghina Semuanya? Untuk Mengembangkan Sifat Suci seseorang harus berbhakti padaNya, anda memiliki kesan ini TUHAN itu TUHAN, tapi siapa DIA? Yang Bisa KIta Lakukan Adalah Berusaha sebaik-baiknya setidaknya tujuan akhirnya adalah TUHAN kan? TUHAN pasti tau kita sedang bingung karenanya, tapi dibalik itu jaman Kali ini masyarakat sudah sangat kotor, seeorang minum-minuman keras, jika ia ditanya siapa TUHAN anda? ia menjawab Deva Siva/Sri Krsna/dan sebagainya,intinya kita bentuk masyarakat dunia menuju kebenaran dengan berhenti berdebat untuk itu,ikuti saja ajaran dalam aliran tertentu setidaknya itu masih menguntungkan anda, kita setidaknya menghormati para Deva juga,selayaknya menghormati TUHAN itu,Tapi Menuhankan semuanya mungkin salah,SETIDAKNYA KITA SEMUA BUKAN ORANG SESAT YANG MENUHANKAN HANTU, Itu saja,Perdamaian adalah yang terpenting,saling menghormati,jika anda mengaku pemuja TUHAN tapi masih memiliki Pikiran Buruk,atau Sifat Para Asura Bukankah itu salah? Agama adalah kepercayaan,jangan biarkan Hindu Seperti Ini, Kepercayaan Tentu Bisa Diubah,Tapi Tugas Kewajiban Kita Harus Selesai,Yang TErpenting Bukanlah Bagaimana Seseorang Bekerja,Tapi Untuk Siapa Ia Bekerja.

    BalasHapus
  2. Om Swastyastu 🙏😇🙏😇

    Ampure sedurungnyane pak, mohon izin bertanya, pernah saya baca sejarah Adhi Shankara katanya berhasil mengalahkan filsafat Buddha terbukti dari menang debat dengan para biksu Buddha zaman itu

    Namun saya sendiri sebagai orang Hindu Bali di Bali meragukan hal tsb, meskipun di artikel tertulis Adhi Shankara mengalahkan filsafat Buddha,namun sebelum artikel tsb mengklaim dengan mengatakan Adhi Shankara menang debat dengan para biksu sehingga dikatakan Adhi Shankara berhasil mengalahkan filsafat Buddha, maka beberapa hal yg sebagai pertanyaan adalah
    1. Apakah agama bisa diperdebatkan sampai tuntas??

    Sebab kemaren saya dialog sama nitizen org Bali Hindu spiritualis juga beliau mengatakan bahwa agama tidak bisa diperdebatkan, meskipun dalam sejarah AA Panji Tisna raja Buleleng masuk Kristen karena kalah debat dengan para Zending atau raja Kutai masuk Islam karena kalah debat dengan ulama dari Bugis, namun raja2 tsb pindah agama tsb katanya bukan karena kalah debat tapi karena sraddhanya lemah mungkin karena pengetahuan agama hindunya kurang, berarti biksu2 Buddha zaman Adhi Shankara bukan kalah debat donk pak? Tapi karena mungkin biksu Buddha zaman Adhi Shankara kurang menguasai agamanya dengan baik dan mungkin sraddhanya lemah sehingga dikatakan kalah debat dengan Adhi Shankara, padahal sebenarnya dari segi ajaran Buddha dan filsafat Buddha sebenarnya tidak pernah kalah dengan Adhi Shankara, bukankah begitu pak?

    2. Di India zaman Adhi Shankara, karena Adhi Shankara menang debat sehingga kemudian ada klaim bahwa Adhi Shankara mengalahkan filsafat Buddha, padahal sebenarnya biksu yg berdebat dengan Adhi Shankara tsb kurang menguasai agamanya dan mungkin sraddhanya lemah dan kurang baik dalam berargumen sehingga kalah debat, namun filsafat buddhanya sejatinya tidak pernah kalah, mungkin ya pak?

    Sebab zaman Hindu-buddha di Nusantara dulu, para MPU Nusantara juga pernah mencoba mendebatkan Siwa dan Buddha, dan debat pun berlangsung sangat lama apa hasilnya?

    Hasilnya adalah tidak ada menang dan kalah ibaratnya seperti angka 6 dilihat dari 2 sisi, dibilang 6 juga benar, dibilang 9 juga benar , sehingga darisana lahirlah kitab Sutasoma yaitu Siwa dan Buddha memang berbeda, namun tidak ada Dharma yang mendua

    Bhinekka Tunggal Ika Tan Hana Mangruwa

    Istilahnya seperti itu

    Sebenarnya memperdebatkan agama bukanlah hal yg mudah,

    Klo debat sains misalnya medis, misalnya debat metode A dan metode B dalam menangani kasus sakit punggung, bisa saja debat tsb terjadi sangat sengit dan saling menguatkan argumennya, namun setelah lama berdebat, ya untuk membuktikan menang atau kalah ya bisa dilakukan uji coba dengan metode A dan B mana yg hasilnya lebih efektif dalam menangani sakit punggung dan selesai sudah

    Nah sekarang klo agama yg berdebat, asyik berdebat, ujung-ujungnya akan kewalahan dan susah dalam membuktikan ajarannya
    Misalnya gimana cara membuktikan surga dan neraka itu ada dan surga dan neraka agama siapa yg paling benar? Gimana cara buktikannya?m

    Kan susah jadinya ya klo seperti itu

    Kurang lebih seperti Nike pak

    Ampure sedurungnyane bila tyg Wenten salah paham🙏 mohon dikoreksi kembali 🙏😇 nilai-nilai

    Yakti Kenten nggih pak???

    Ampure sedurungnyane yenning tyg Wenten sane salah paham, mohon diluruskan kembali 🙏

    Mohon pencerahannya
    Mohon pencerahannya 🙏 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
    Mohon pencerahannya 🙏🙏🙏🙏😇

    Suksma 🙏

    BalasHapus